1. Tradisi Grebeg Suro Mojopahit
Tradisi Grebeg Suro Majapahit adalah tradisi tahunan yang dilaksanakan
setiap tanggal 1 Suro kalender Saka. Tradisi ini di pelopori oleh
Yayasan Among Tani. Rangkaian kegiatannya antara lain : Ziarah ke makam
leluhur dan pahlawan, pentas kesenian dan makanan rakyat, grebeg suro
(arak-arakan dengan kostum era kejayaan Majapahit dan ditutup dengan
pagelaran wayang kulit semalam suntuk. Tradisi Grebeg Suro secara
keseluruhan dimaksudkan sebagai bagian dari ruwat agung (permohonan
keselamatan dan kesejahteraan) bagi bumi nusantara.
2. Seni Bantengan
Dari kejadian itu Paimin mendapat inspirasi untuk mengenang satwa Banteng dengan sebuah atraksi Atraksi itu dimainkan dua orang, 1 orang didepan memainkan kepala dan sekaligus sebagai kaki depan dan 1orang dibelakang sebagai pinggul sekaligus sebagai kaki belakang. Antraksi gerakannya menggambarkan, gerakan – gerakan dan sikap banteng sewaktu sedang berkelahi. Untuk menyemarakkan atraksi itu dilengkapi dengan musik terbang dan jidor. Dalam atraksi ditampilkan banteng sedang berlaga dengan satwa lain seperti harimau, kera dab burung bahkan mulai dikembangkan dengan kesenian pencak silat dan barongsai. Begitulah cerita singkat seni Bantengan.
3. Ludruk
Ludruk termasuk seni teater tradisional yang sangat digemari oleh
masyarakat Mojokerto. Untuk menarik para penggemar seni teater ludruk
pada pegelarannya sudah mulai dikembangkan dan banyak kreasi baru.
Penampilan yang lebih segar memberikan pesona tersendiri bagi
penggemarnya. Kesenian ludruk terdapat di Kecamatan Kemlagi dan Jetis.
4. Ujung
Kesenian Ujung tumbuh menjadi kesenian rakyat sebagai visualisasi perjuangan Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit, pada saat mengalahkan bala tentara Tartar. Dalam atraksi kesenian ujung, dua orang petarung atau lebih melakukan aksi saling cambuk satu sama lain menggunakan rotan. Pertarungan dilakukan secara sportif dan dalam suasana bersahabat meski terkadang sampai bercucuran darah. Rotan adalah simbol senjata “Sodo Lanang” yang digunakan Raden Wijaya dalam pertempuran melawan bala tentara Tar-tar.
B. MAKANAN
1. Onde-Onde
Onde-onde merupakan jajanan yang terbuat dari tepung ketan dengan
dalamnya terdapat isi kacang hijau, onde-onde ini berbentuk bulat serta
diselimuti wijen pada bagian luarnya. Sangat cocok dihidangkan dalam
keadaan masih hangat.
2. Krupuk Rambak
Kerupuk khas Mojokerto ini paling banyak dihasilkan di Desa Domas
Kecamatan Trowulan dan Desa Kauman Kecamatan Bangsal. kerupuk ini
berbahan dasar kulit sapi dan kerbau.
3. Sambel Wader
Wader ini merupakan ikan air tawar yang hidup di sungai. Untuk mengolah
ikan ini menjadi makanan,yaitu ikan yang sudah di bersihkan dapat di
padukan aneka bahan rempah-rempah bawang dan lain2, terkhir di goreng,
makanan ini sangat gurih dan nikmat. untuk penyajian biasanya di sajikan
dengan sambal dan nasi putih.
4. Sate Keong
Keong sendiri adalah satu jenis hewan bercangkang yang banyak hidup di
persawahan. Untuk mengolah menjadi sate keong pertama kita mengeluarkan
keong dari cangkangnya. Proses pengeluarkan keong dari
cangkangnyapertama dengan merebusnya hingga mendidih. kemudian kita
mencongkel keong dari cangkangnya. Jika keong sudah keluar dari
cangkangnya baru kita dapat menusuknya dengan tusuk sate dan membakarnya
diatas bara arang. Maka jadilah sate keong yang lezat jika diberi bumbu
sebagaimana umumnya.
5. Krupuk Upil
Krupuk upil ini merupakan krupuk yang proses penggorengannya dilakukan
dengan menggunakan pasir panas. untuk memakan krupuk ini biasanya krupuk
upil didampingi dengan sambal petis.
B. CIRI KHAS
1. pakaian khas Rakyat Kota Mojokerto (PKRKM)
Warna oranye dipilih karena warna khas Kota Mojokerto. Mengandung makna yang hangat, gembira, menyenangkan, antusias dan seimbang. Sementara warna hitam melambangkan ketegasan dan kewibawaan. Kain batik yang digunakan merupakan motif batik rengkik oranye karya perajin batik Kota Mojokerto.
Model bulat melambangkan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan masyarakat Kota Mojokerto. Busana pria, model beskap Jawa Timuran. Modifikasi Jawa Timur, China dan Arab. China diwakili oleh kancing dan kerah sanghai mewakili busana khas Jawa Timur.
Kancing berjumlah 5 melambangkan jumlah sila pada Pancasila. Celana warna hitam yang mewakili ciri kemandirian serta kesederhanaan. Dan menggunakan sepatu warna hitam, yang mempunyai arti ikut mengembangkan dan melestarikan industri persepatuan Kota Mojokerto.
Busana wanita merupakan modifikasi kebaya berenda model encim (China). Model kebaya Jawa Timur yang mempunyai ciri khas renda dan model kancing dalam (kutubaru) menggambarkan tentang wanita Kota Mojokerto yang hangat, bersahabat dan mempunyai pikiran positif dan inovatif.
Bawahan untuk wanita memakai jarik batik motif rengkik warna orange yang menggambarkan wanita Kota Mojokerto yang selalu dapat menjaga martabat dan harga dirinya sebagai wanita yang mandiri. Untuk wanita yang berhijab, memakai jilbab segi empat berwarna merah yang melambangkan berani, dinamis dan percaya diri.
2. Alun-alun Kota Mojokerto
Alun-alun merupakan jantung keramaian Kota Mojokerto. Lokasinya berada di pusat kota.
Di kawasan alun-alun inilah kegiatan warga kota berpusat. Pada pagi hari biasanya digunakan untuk arena berolah raga warga kota, sedangkan malam harinya berubah menjadi pusat kuliner terbesar di Kota Mojokerto dimana terdapat ratusan pedagang makanan dan minuman menyajikan beragam pilihan menu dan selera.
Sumber : PutriPrastika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar